perlip bagiku rumit aku kikis jiwa buang rasa kasih aku timbus dengan pasir-pasir kesumat biar tertanam jiwa dimiliki dan memiliki
namun kudapati rasa ini tetap ada aku menolak namun hadir memaksa menerjah raga dalam terungkap aku lihat bahagia rasa berdua jika cakerawala juga berkasih dengan bumi kenapa tidak aku mencuba dan iya kau wanita itu...
..yang membuatkan aku menjadi tidak menentu yang membuatkan aku mengerti erti malu yang membuatkan aku ingin menyentuh hatimu jejak-jejak mimpi makin jelas ukiran wajahmu dalam sehari terubah aku sudah mengalah
ya tuhan, runtuhkan tembok ini patahkan sumpah-sumpah aku yang lalu kerana dia melumpuhkan setiap patah janjiku jadikan dia separuh hatiku meski hanya suku ku ketahui kisahnya.
tersedar dari mimpiku yang mulanya inginkan sebuah rasa bahagia walau aku cuma berharap agar bisikkanku didengar sang bayu sampaikan terus pada wajah ayumu meski hakiki aku patut mengerti tuhan tidak menulis perjalanan kita
kerisauanku kekalutanku kenakalanku apa aku beri tulus dari hati aku tak pernah bersua dua kali lihat gayamu aku tidak dalami siapa sebenarnya kamu dan aku tidak endah, pada siapa milik kamu sedangkan aku mencoret tanpa ragu
maaf ku tak ingin terjadi tapi sudah terjadi menahan setiap semangat cuba menafi bila sudah mengerti aku mungkin lari dan pantas pergi ku takut hati mengoncang inginkan yang pasti walhal sudah jelas aku patut malu sendiri malam ini, biarlah tamat dengan cara begini.
sepertinya sudah banyak ku tulis hal yang membebankan aku lihat isi ragam manusia aku tulis apa yang aku rasa aku tak banyak bicara pada ketenangan kerana kepedihan sering berdampingan
lelah, kadangkala tangan ini tidak pantas mengikut gerak minda saat terik mentari membakar fitrah manusia kerja demi sebuah hidup aku memilih lelap dan berkawan dengan selimut disaat kejora pula hangat menari dikeliling purnama aku memilih memikir pada waktu sunyi tanpa ragu dan rasa aneh aku memilih langit teman bicaraku
sulit memikirkan aku tidak biasa dari norma manusia jauh memencil dari siapa-siapa yang mengerti apa maksud bersahabat mereka tidak pernah meminggir aku yang lari menjauh menutup hinaku yang pada satu ketentuannya aku perlukan keliling buat ketawa
pada segelintir dari kisahku aku seakan tiada hati buat diberi pada sesiapa yang kasih aku lebih rela biarkan mereka kecewa jangan diharap pada aku yang biarkan ia berdengung pada apa aku boleh beri bahagia menunggu itu perbuatan sia-sia biarkan aku luput dari sisa kecil hidup kalian tamatkan segera kisah perjalananku kalian patut tidak peduli aku disini tetap tiada apa-apa melontar kata cara begini aku lebih selesa.
menyelak catatan yang tertulis sebelum-sebelum ini tidak ku seru engkau bila jalan makin gelap di atas langit terbentang luas aku mula mencari hakikat mencari segala rahsia walau engkau sendiri itu rahsia
dalam mimpi sebelum ini syaitan aku lihat seperti mursyid aku buang lima dari genggam jaga aku hanya berdasar nama seperti pemeluk agama yang lainnya.
engkau tidak lari cuma aku yang bawa diri cinta aku dari kesombongan aku lihat cinta pada satu pandangan aku taburi mawar pada bidadari yang bukan iringi aku kelangit padahal engkau,aku cuma lagukan kisah merintih masih tetap sumbang aku persembahkan.
ilmu aku setitik dakwat di kertas putih separuh dari usiaku dicatit berada dalam api tidak aku rela berjumpa malek cukup sekadar terlihat dari mimpi
sisa ini untuk cinta kuserah apa yang ada pada kekasih walau sering duri menusuk hati takut aku mungkir lagi dalam aku sentiasa engkau dari jasad hingga roh aku milik engkau beri aku sedetik nafas lagi mencari engkau tiada lagi rahsia engkau yang hakikat.
kepada manis, juga serta sekeliling yang damai bila merenungmu adakah kita ditakdir untuk berkongsi rasa yang sama antara garis-garis dirambutmu walau berjurai jatuh menutup keayuanmu masih aku tatap walau misteri masih tak terungkap
kepada manis, aku masih lihat senyuman walau sekali terlintas seperti malam-malam yang berlalu seperti semalam engkau masih didepanku jika ini mainan anganku pergilah jauh manis
wahai manis, adakah luaran yang kupandang sama manis pada jiwamu mengapa engkau harus ada ketika mana aku tidak tersedia untuk berdua pada ketika aku terikat janji-janji setia pergi manis jangan hadir dalam bayangku.
cukuplah terlihat indah wajahmu cukuplah seksa bayangkan pesona tubuhmu cukuplah pedihkan dari tutur sopanmu cukup manis. aku harap kau milik lelaki budiman
diluar sana,ibu bagai ratu tertinggi dalam hati tiada yang rela lihat ibu dicela ibu segalanya tunjang kita bilamana ragui diri nafas kita dalam rujukan hidup cinta yang utuh,yang bila mati penamat cerita
damai ada pada ibu cinta ada pada ibu restu dan kasih ada pada ibu kebahagiaan kesuciaan kemuliaan sebutan paling indah semuanya. dan aku apa yang kubalas?
kehidupan aku, kubayar dengan tangis ibu lelah ibu, pengorbanan aku padamu geram ibu, permainan harianku sakit ibu, halus di pandanganku
ibu selalulah ada untukku setiap hembusan itu aku perlu setiap jejak langkahku perlu doamu sesaat tidak pernah tiada rindu dan setiap apa yang ku gapai semua dari jerit perit ketika rahimmu mengeluarkanku.. terima kasih ibu aku masih cuba bahagiakanmu.
jika aku lelaki peminta sedekah sudikah kalian berdamping denganku? sekejap terhias senyumku dan selalu duka itu temanku
bukan aku lelaki yang tercipta untuk meyerah dan menerima tidak sedetik usaha mengubah semua hanya menadah serta meminta-minta terhanyut dalam rasa aku juga ada rasa hina akan usang perjalananku
tangis ini liat keras membeku tulang-tulang dibadan kian reput dimamah waktu angin itu kawan pada jasadku tiada yang tidak,pernah dilempar padaku jika persinggahan aku didunia tetap begini sampai ke mati tuhan tidak akan ku buang jauh dari hati.
Dalam 365 hari yang ditentu tuhan satu hari sahaja kau tidak menekan mungkin dalam diam satu hari itu tidak pernah tertinggal dan dalam gelap setiap ragut engkau ada tersirat
kami hanya si kecil yang mampu melaung turun,turun,turun wahai engkau! tiada berubah kau tetap selesa
ada wang,ada kuasa tak perlu raja,tak perlu agama cukup itu untuk kau seksa bagi kami ploretariat yang sengsara hari ini hari engkau,hari esok tetap engkau tiada hari untuk kami yang ada satu hari rehat jaja peluh keringat laung penghapusan sesaat kami tidak berhenti doa engkau mati itu pengucapan harian kami.